Pada awal kepemimpinannya tahun 1914, Cokroaminoto sudah menyusun anggaran dasar agar mendapat pengakuan dari Hindia Belanda. Akan tetapi, anggaran tersebut ditolak mentah-mentah sehingga mengganggu kelangsungan organisasi Serikat Islam. Anggota SI pada mulanya adalah golongan wiraswasta yang terdiri dari petani, pedagang, pengusaha, ulama, dan golongan intelektual. Serikat Islam berkembang pesat pada saat diketuai oleh Cokroaminoto dan membuat pengikutnya bertambah banyak, yaitu sekitar dua setengah juta orang. Setelahnya masuknya paham komunis yang dibawa oleh Hendrio Josephus Maria Sheevliet membuat Sarekat Islam terpecah menjadi dua kubu yaitu SI putih atau berhaluan kanan yang dipimpin oleh Cokroaminoto dan K.H Agus Salim dan SI Merah atau berhaluan kiri yang diketuai oleh Semaun di Semarang yang mengarah komunisme.